Kehidupan Masyarakat Sekitar Hutan dan Ketahanan Sosial pada Ekologi Hutan yang Berubah

Authors

  • Robert Siburian LIPI

DOI:

https://doi.org/10.14203/jmb.v18i3.575

Keywords:

komunitas, ketahanan sosial, ekologi hutan, community, social resilience, ecology of forest

Abstract

Masyarakat yang bermukim di sekitar hutan dipengaruhi oleh perubahan ekologi hutan, terutama mereka yang tergantung pada sumber daya hutan. Eksistensi kehidupan mereka akan terganggu jika hutan mengalami kerusakan. Sebab, jika hutan rusak berarti mereka kehilangan sumber daya yang mendukung kehidupan mereka. Mereka yang mampu untuk menyesuaikan diri dengan perubahan ekologi hutan berarti memiliki ketahanan sosial yang memadai. Sebaliknya, ketahanan sosial yang rendah menunjukkan kerentanan mereka terhadap perubahan ekologi hutan. Terkait dengan itu, tulisan ini mencoba menjelaskan perubahan ekologi hutan yang terjadi di Kabupaten Gunung Mas dan respon yang dilakukan masyarakat terhadap perubahan itu. Jenis respon yang dilakukan menentukan tingkat ketahanan sosial masyarakat yang bermukim di sekitar hutan tersebut. Data yang dikumpulkan untuk menyusun tulisan ini dilakukan dengan melakukan penelitian lapangan pada pertengahan 2015. Community living at the surrounding of forest is influenced by forest changes, mainly those that depend on forest natural resources. Their life will be disturbed if the forest is damaged. Damaged forest means that the people lose resources supporting their life. A community that has social resilience can adapt with the changes of forest ecology. Otherwise, those with low social resilence show their vulnerability to adapt with the forest changes. This paper aims to explain the changes of forest ecology in Gunung Mas Regency and the community’s responses. Their responses determine their resilience to encounter the changes of forest ecology. The data in this paper was collected from field research in the mid of 2015.

Downloads

Download data is not yet available.

References

Adger, W. N., dan P.M. Kelly. (2005). “Social vulnerability and resilience†dalam W.N. Adger, P.M. Kelly, dan N.H. Ninh (Editors) Living with Environmental Change: Social Vulnerability, Adaptation, and Resilience in Vietnam. London dan New York: Routledge. Hlm. 19-94.

Amelida, J. (2015). “Januari, harga karet masih rendahâ€. Dalam http://www.koran-sindo. com/read/945561/151/januari-harga-karetmasih-rendah-1420266276. (Dikutip 7 Juli 2015).

Boyd, E., dan C. Folke. (2012). “Adapting institution, adaptive governance and complexity: introduction†dalam E. Boyd dan C. Folke (Editors) Adapting Institution: Governance, Complexity and Social-Ecological Resilience. New York: Cambridge University Press. Hlm. 1-9.

Berkes, F., J. Colding, dan C. Folke. (2012). “Introductionâ€, dalam E. Boyd dan C. Folke (Editors) Adapting Institution: Governance, Complexity and SocialEcological Resilience. New York: Cambridge University Press. Hlm. 1-27.

BPS. (2014). Kabupaten Gunung Mas Dalam Angka 2014. Kurun. BPS Kabupaten Gunung Mas.

BLH Kabupaten Gunung Mas. (2011). Laporan Hasil Pengujian Kadar Polusi Limbah Padat dan Limbah Cair. Kurun: Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Gunung Mas.

BP DAS. (Tanpa tahun). Mekanisme Penyusunan Rencana Kerja HD dan HKm. Bahan presentasi yang disampaikan pada acara sosialisasi HD dan HKm.

Charnley. S., dan M. R. Poe. (2007). “Community forestry in theory and practice: where are we now?â€. Dalam Annual Review of Anthropology Vol. 36. Hlm. 301-336.crossref

Clausen, F., M. L. Barreto, dan A. Attaran. (2011). “Property rights theory and the reform af artisanal and small-scale mining in developing countriesâ€. Dalam Journal of Politics and Law 4(1). Hlm. 15-26.crossref

Dinas Kehutanan Kabupaten Gunung Mas. (2014). Statistik Dinas Kehutanan Kabupaten Gunung Mas Tahun 2014. Kuala Kurun: Dinas Kehutanan Kabupaten Gunung Mas.

Donner, W. (1987). Land Use and Environment in Indonesia. London: C. Hurst & Company.

FWI/GFW. (2001). Keadaan Hutan Indonesia. Bogor, Indonesia: Forest Watch Indonesia dan Washington D.C.: Global Forest WatchForum Koordinasi Kelompok Tani ‘Dayak Misik’ Kalimantan Tengah 2014.

Fox, J., Y. Fujita, D. Ngidang, N. Peluso, L. Potter, N. Sakuntaladewi, J. Sturgeon, dan D. Thomas. (2009). “Policies, politicaleconomy, and swidden in Southeast Asiaâ€. Dalam Human Ecology 37. Hlm. 305-322.crossref

Grizzetti, B., F. Bouraoui, G.D. Gooch, dan P. Stálnacke. (2010). “Putting the ‘integration’ in the science-policy-stakeholders interfaceâ€. Dalam G.D. Gooch, dan P. Stálnacke (Ed.) Science, Policy, and Stakeholders in Water Management: An Integrated Approach to River Basin Management. London dan Washington, D.C.: Earthscan. Hlm. 17-28.

Inswiasri, Kusnoputranto, H. (2011). “Pajanan Hg pada petambang emas tradisional di Kabupaten Gunung Mas, Kalimantan Tengah: Mercury Exposure Of Traditional Miners In Gunung Mas District, Central Kalimantanâ€. Dalam Ekologi Kesehatan 10(2). Hlm. 72 – 82.

Kalteng Pos. (2015). “Sungai Kahayanâ€. Dalam http://jelajah1000jurnalis.com/detail_beri -ta.php?id=33. (Akses tanggal 7 Juli 2015).

Kelompok Tani “Dayak Misikâ€. (2014). Dokumen berupa Surat Keterangan Kesiapan Tanah Adat dan Hutan Adat. Tidak dipublikasikan.

Milton, K. (1996). Environmentalism and Cultural Theory. London dan New York: Routledge.

Palangka Post. (2015). “DPRD provinsi diminta tidak menciderai. Pemerintah setujui 5 ha bagi warga Dayakâ€. Dalam Palangka Post, Senin 10 Januari 2015. Pearce, D.W. (2001). “The economic value of forest ecosystemsâ€. Dalam Ecosystem Health 7(2). Hlm. 284-296.

Ortner, Sherry B. (2006). Anthropology and Social Theory: Culture, Power, and the Acting Subject. Durham dan Londong: Duke University Press.crossref

Ribot, J.C. dan N.L. Peluso. (2003). “A theory of access.†Dalam Rural Sociology 68(2). Hlm. 153-181.

crossref

Sikor, M., dan C. Lund. (2009). “Access and property: a question of power and authority.â€. Dalam Development and Change 40(1). Hlm. 1-22.crossref

Tim Terpadu. (2015). Paparan Hasil Penelitian Tim Terpadu Usulan Perubahan Fungsi Pokok Kawasan Hutan dari Kawasan Hutan Produksi Terbatas seluas ± 945 ha dan Kawasan Hutan Produksi yang dapat Dikonversi seluas ± 3.126 ha menjadi Taman Hutan Raya Lapak Jaru di Kabupaten Gunung Mas Provinsi Kalimantan Tengah. Bahan paparan dalam bentuk Power Point disampaikan pada tanggal 16 April 2015 di Jakarta.

Tsing, A. L. (2005). Friction: An Ethnography of Global Connection. Princeton, New Jersey: Princeton University Press.

Wafa, M.A., M. Firman, R.C.D. Kaban, E. Rosdiana, dan N. Irawati. (2010). Membedah Mitos Hutan Lestari Masyarakat Sejahtera: Pembelajaran di Balik Kisah Sukses Praktik Hutan Kemasyarakatan. Jakarta: Wana Aksara kerjasama dengan Direktorat Bina Perhutanan Sosial Direktorat Jenderal Bina Pengelolaan DAS dan Perhutanan Sosial Kementerian Kehutanan RI.

Walker, A. (2001). The ‘Karen Consensus’, Ethnic Poltics and Resource-Use Legitimacy in Northern Thailandâ€. Dalam Asian Ethnicity 2(2). Hlm. 145-162.crossref

Webersik, Cristian. (2010). Climate Change and Security. California: Prager. Zanotti, Laua C. (2009). “Economic Diversification and Sustainabe Development: The Role Nontimber Forest Products Play in the Monetization of Kayapó Livelihoodsâ€, dalam Journal of Ecological Anthropology, Vol. 13 No. 1. Hlm. 26-41.

Published

2016-12-01

Issue

Section

ARTICLES

Most read articles by the same author(s)

1 2 > >>