Reformulasi Identitas Buddha Jawi Wisnu dan Sam Kaw Hwee Ke Dalam Buddhayana di Lampung Reformulating Identity of Buddha Jawi Wisnu and Sam Kaw Hwee Into Buddhayana in Lampung

Authors

  • Zaenal Abidin Eko Putro Politeknik Negeri Jakarta (PNJ), Kampus UI, Depok

DOI:

https://doi.org/10.14203/jmb.v22i2.1007

Keywords:

Perubahan identitas sosial, Sam Kauw, Buddha Jawi Wisnu, Buddhayana, jaringan elit.

Abstract

 


Abstract

The formulation of a social group identity is strongly influenced by the historical context and institutional site in which reformulation of social identity occurred. As a result, the group has a common understanding and categories that unite them into sameness identity. It is what we have seen on the Sam Kaw Hwee Buddhist sect group as well as Buddha Jawi Wisnu sect group who in early New Order regime changed their identity into becoming Buddhayana Buddhist sect in Lampung. At a glance, the Majelis Buddhayana Indonesia (MBI, or Indonesian Buddhayana Council) was a meeting point of which Javanese and Chinese are encountered. Furthermore, MBI is regarded as a shared identity for most Buddhists in Lampung. This paper wants to explain the background and the process of reformulating new social identity, as well as the impacts around it.

The paper is based on a qualitative research that tries to understand the early formation of Buddhayana sect as the largest Buddhist sect in Lampung. MBI was as a new social identity resulting from interaction and negotiation its followers with external group who threatened the Buddhist group in Lampung in the past.

Abstrak

 

Terbentuknya identitas suatu kelompok sosial sangat dipengaruhi konteks sejarah dan situasi tertentu yang menyebabkan munculnya kesamaan pemahaman dan kategori yang menyatukan kelompok tersebut. Demikian pula terhadap kelompok penganut sekte Buddha Sam Kaw Hwee dan Buddha Jawi Wisnu yang kemudian, karena kesamaan-kesamaan yang ada, membentuk identitas baru menjadi sekte Agama Buddha Buddhayana di Lampung di awal Orde Baru. Saat ini Majelis Buddhayana Indonesia (MBI) diterima secara meluas dalam melakukan pembinaan dan pengorganisasian umat Buddha di Lampung, yang terdiri dari etnis Jawa dan Tionghoa. MBI hadir sebagai identitas bersama dan wadah bagi sebagian besar umat Buddha di Lampung. Tulisan ini hendak menjelaskan latar belakang dan proses reformulasi identitas tersebut, serta dampak yang muncul di sekitar itu.  

Tulisan hasil penelitian kualitatif ini menunjukkan bahwa Buddhayana sebagai aliran yang terbesar umat Buddha di Lampung, semakin kokoh sebagai identitas sosial yang dihasilkan dari interaksi dan negosiasi dengan pihak eksternal yang dilalui dengan cukup menegangkan pada masanya.

Downloads

Download data is not yet available.

References

Bryman, A. (1989). Research methods and organization studies. London & New York: Routledge.

Burke, P. J. & Stet, J. E. (2009). Identity theory. Oxford: Oxford University Press.

Dharmawimala dkk. (2012). Buddhayana values. Jakarta: Keluarga Buddhayana Indonesia.

Elbedour, S., Bastien, D. T., & Center, B. A. (1997). Identity formation in the shadow of conflict: Projective drawings by Palestinian and Israeli Arab children from the West Bank and Gaza. Journal of Peace Research, 34(2), 217–231.

Gunasilo (2009). Manfaat membaca Paritta. Diakses dari http://www.dhammacakka.org/?channel =ceramah&mode=detailbd&id=272 pada 31 Maret 2020

Hall, S. (2003). Who needs ‘identity’? Dalam Hall, S., & Gay, P. D., (Eds.), Questions of cultural identity. London, Thousand Oaks & New Delhi: SAGE Publications

Jayamedho, B. (2012). Menapak pasti. Kisah spiritual anak Madura. Jakarta: Centre of Asian Studies (Cenas).

Kaharuddin, P. (2015). Catatan hidup pejuang dhamma. Otobiografi singkat Pandit Kaharuddin. Jakarta: Persatuan Pariyati Abhidhamma.

Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Lampung. (2014). Propinsi Lampung dalam angka. Data Statistik Keagamaan Tahun 2013. Lampung: Kanwil Kemenag Provinsi Lampung.

Liong, T. J. (2011). Edisi khusus kenangan purna pugar Ban Tek Yan (D/H Wihara Banten). Bandar Lampung: Yayasan Boddhisttva.

Pengurus Pusat Majelis Agama Buddha Theravada Indonesia (2018). Sejarah singkat agama Buddha Theravada di Indonesia sejak abad kedua puluh. Jakarta: Magabudhi.

Qodim, H. (2017). Strategi bertahan agama Djawa Sunda (ADS) Cigugur. Jurnal Kalam, 11(2), 329–364. DOI: http://dx.doi.org/10.24042/klm. v11i2.1912

Sam, A. (2017, 25 April). Mengenal agama Budho- jawi/Wisnu. Buddhazine. Diakses dari http:// buddhazine.com/mengenal-agama-budhojawi- wisnu/ pada 31 Maret 2020.

Sekarbatu A, D. (2013). Struktur, makna, dan fungsi mantra Hindu-Jawa. Jurnal Ilmiah Kebudayaan Sintesis, 7(2), 154–163.

Sudhamek. (2012). Eksplorasi nilai-nilai Buddhayana (Sebuah telaah dari perspektif transformatif- liberatif). Dalam Dharmawimala dkk., Bud- dhayana values. Jakarta: Keluarga Buddhayana Indonesia.

Somantri, G. R. (2005). Memahami metode kualitatif. Jurnal Makara, 9(2), 57–65.

Subbag Informasi Dan Humas Kanwil Kementerian Agama Provinsi Lampung (2017). Kementerian Agama Provinsi Lampung Dalam Angka Tahun 2017.

The Dharma: The teachings of the Buddha. Diakses dari https://rlp.hds.harvard.edu/religions/ buddhism/dharma-teachings-buddha, pada 30 Maret 2020)

The Sangha: The Buddhist community. (tt). Diakses dari https://rlp.hds.harvard.edu/religions/bud- dhism/sangha-buddhist-community, pada 30 Maret 2020).

Keputusan Samaya No. III/1978 (1978). Susunan Pimpinan Sangha Agung Indonesia. 27 Sep- tember 1978.

Putro, ZAE (ed.). (2011). Berpeluh Berselaras. Buddhis-Muslim Meniti Harmoni. Jakarta: Centre of Asian Studies (Cenas), Kepik Ungu & Hivos.

Saktiyanto, A. (2015, 23 November) Inilah 5 Vihara di Bandar Lampung. saibumi. Diakses dari https:// www.saibumi.com/artikel-70382-inilah-5-vihara-di-bandar-lampung.html#ixzz6IAs8SWkR pada 30 Maret 2020.

Sunarto, K. (2004). Pengantar sosiologi. Jakarta: Lembaga Penerbit FEUI.

Suryadinata, L. (1997). The culture of the Chinese minority in Indonesia. Singapore: Times Books International.

Turner, J. H. (1998). The structure of sociological theory. Sixth Edition. Belmont, CA: Wad- sworth Publishing Company.

Yoo, D. (1996). Enlightened identities: Buddhism and Japanese Americans of California, 1924–1941. Western Historical Quarterly, 27(3), 281–301.

Zaini, M. R. (2014). Perjalanan menjadi Cina Benteng: Studi identitas etnis di Desa Situgadung. Jurnal Sosiologi Masyarakat, 19(1), 93–117.

Published

2020-11-05

Issue

Section

ARTICLES