PERANAN PELAUT DALAM REPRODUKSI WAWASAN KESATUAN GEO-BIO-SOSIAL-BUDAYA MARITIM NUSANTARA: BELAJAR DARI NELAYAN PENGEMBARA BUGIS-MAKASSAR DI SULAWESI SELATAN

Authors

  • Munsi Lampe Departemen Antropologi Fisip Universitas Hasanuddin, Makassar

DOI:

https://doi.org/10.14203/jmb.v18i2.413

Abstract

Literatures mostly focus on the Indonesian maritime communities discussing the local-traditional institutions, socio-economics, fishing techniques, marine fishery modernization which stressing capitalism and global market, poverty of fishing communities, as well as marine ecosystem destruction. In fact, most of those studies neglect the navigation and maritime interaction of fishermen, which become the key to comprehend the core and characteristics of maritime culture over the world. This article aims to identify and analyze the maritime geobio-socio-cultural insights of the Buginese-Makassarese fishermen within the context of their voyage and interaction with the other fishermen communities in Indonesia. The data were collected selectively from some research reports, especially “Studying the Institution and Maritime Cultural Concept of Buginese-Makassarese, Mandarese, and Butonese Seamans Supporting the Strength of National Integration and Social Harmony†(LP2M Unhas, 2010), in which I participated as coordinator and team member. Froom the new “navigation and reproduction of maritime geo-socio-cultural insights†model, four themes of maritime geo-bio-socio-cultural insights of the Buginese-Makassarese can be identified, namely (1) the insight of geo-bio-climate Nusantara sea, (2) the insight of sea as space with its bio-abiotic resources as opened-closed property/access, (3) the insight of maritime ethnic and culture diversity, and (4) the concept of homeland and maritime nation unity. Keywords: Bugis-Makassar fishermen, reproduction of Nusantara geo-bio-socio-cultural maritime insights, Indonesia Bacaan tentang masyarakat maritim di Indonesia menunjukkan adanya kecenderungan pilihan subjek pada komunitas-komunitas nelayan dengan fokus studi pada aspek-aspek institusi, sosial-ekonomi, teknologi penangkapan ikan, dan modernisasi teknologi perikanan laut (dengan kapitalisme dan pasar global) serta dampak kemiskinan penduduk nelayan dan kerusakan lingkungan. Sayangnya, kajian yang ada cenderung mengabaikan aspek-aspek kepelayaran dan interaksi kemaritimannya yang justru merupakan kunci menemukan inti dan karakteristik umum budaya maritim di dunia. Tulisan ini bermaksud mengidentifikasi dan menganalisis unsur-unsur wawasan kesatuan geo-bio-sosial-budaya maritim ke-Nusantara-an dari nelayan pengembara BugisMakassar dalam konteks pelayaran dan interaksi kemaritimannya dengan lingkungan laut dan kelompok nelayan lainnya di Indonesia. Sumber data untuk penulisan artikel ini diambil secara selektif dari beberapa laporan penelitian, khususnya “Studying the Institution and Maritime Cultural Concept of Buginese-Makassarese, Mandarese, and Butonese Seamans Supporting the Strength of National Integration and Social Harmony†(LPPM Unhas, 2010) di mana penulis terlibat aktif sebagai koordinator maupun anggota tim peneliti. Melalui aplikasi model analisis “navigasi dan reproduksi wawasan geo-bio-sosial-budaya maritim†yang baru, empat tema wawasan budaya maritim ke-Nusantara-an yang dimiliki nelayan pengembara Bugis-Makassar dapat diidentifikasi, yaitu (1) wawasan tentang lingkungan geo-bio-iklim perairan Nusantara, (2) wawasan tentang laut dan isinya sebagai ruang terbuka-tertutup, (3) wawasan tentang keanekaragaman suku bangsa laut dan budaya maritimnya, dan (4) konsep kesatuan Tanah Air dan Bangsa Maritim Nusantara. Kata kunci: kepelautan nelayan pengembara Bugis-Makassar, reproduksi wawasan kesatuan geo-bio-sosialbudaya maritim Nusantara, Indonesia

Downloads

Download data is not yet available.

References

Benardie S.P., H. (2003). Sejarah Maritim Indonesia. Jakarta Pusat: Dewan Maritim Indonesia.

BPPT Teknologi–WANHANKAMNAS. (1996). Benua Maritim Indonesia. Jakarta: Direktorat Teknologi Inventarisasi Sumberdaya Alam.

Curtin, P.D. (1984). Cross-Cultural Trade in World History. London, New York: Cambridge University Press. crossref

Dick-Read, R. (2005). Penjelajah Bahari: Pengaruh Peradaban Nusantara di Afrika. Judul Asli “The Pantom Voyagers: Evidence of Indonesian Setlement in Africa in Ancient Times, dialihbahasakan oleh Edrijani Azwakdi. Bandung: PT. Mizan Pustaka.

Hage, H. ten. (1910). De zeevisscherij in Nederlandsch-Indië. Tijdschrift voor Economische Geographie, 1.

Hak, Durk. (1984). ‘Dr.A.H.J.Prins As A Maritime Anthropologist’. Dalam Watching the Seaside : Essays on Maritime Anthropology (hlm. 1-9). Groningen: Universiteit te Gronigen-Nederland.

Hamid, A.R. (2011). Orang Buton Suku Bangsa Bahari. Yogyakarta : Ombak.

Horridge, A. (1981). The prahu; Traditional sailing boat of Indonesia. Kuala Lumpur: Oxford University Press.

Lampe, M. (1986). “Relatie tusschen visscherij economie, verwanschaap, en religie van Urk Visschersamenleving–Nederlandâ€. Penelitian lapangan dalam rangka program studi Magister Culturele Antropologie Rijksuniversiteit di Leiden Nederland.

___________, (1989). Strategi-strategi Adaptif yang Digunakan Nelayan Madura dalam Kehidupan Ekonomi Perikanan Lautnya. Tesis S2 Fakultas Pascasarjana Universitas Indonesia-Instituut Culturele Antropologie Rijksuniversiteit te Leiden Nedeland.

___________, (2006). Pemanfaatan Sumberdaya Taka: Perilaku Nelayan dan Konsekuensinya dalam Konteks Sosial Budaya Internal dan Eksternal (Disertasi S3), Yogyakarta: Sekolah Pascasarjana UGM.

___________, (2010). Penganekaragaman dan penyeragaman dalam dinamika usaha penangkapan ikan kawasan terumbu karang: Sebuah penjelasan prosesual dan kontekstualâ€. Jurnal Antropology Indonesia 1, 58-73.

___________, (2012). Bugis-Makassar seamanship and reproduction of maritime cultural values in Indonesia. Jurnal Humaniora, 24 (2), 121-132.

___________, (2015). Pinggawa-Sawi Nelayan Bugis-Makassar dalam Analisis Relasi Internal dan Eksternal. Jurnal Masyarakat dan Budaya, 17 (1), 77-87.

Lampe, Munsi dkk. (1996/1997) dan (1997/ 1998). Studi Analisis Sosial dalam Rangka COREMAP Sulawesi Selatan. Penelitian kerjasama LIPI-LP2M Unhas.

____________, (2010). Menggali Kelembagaan Lokal dan Wawasan Budaya Bahari yang Menunjang Bagi Penguatan Integrasi Bangsa dan Harmoni Sosial di Indonesia. Penelitian Hibah Stranas Lembaga Penelitian Universitas Hasanuddin, Makassar.

____________, (2014). Potensi Perikanan Laut yang menunjang bagi Pembangunan Perikanan Laut Sulawesi Barat yang Produktif, Berkelanjutan, berkeadilan, dan Arif Lingkungan ke Depan. Penelitian dibiayai Dinas Perikanan Provinsi Sulawesi Barat.

____________, (2014/2015). Analisis Struktural Dekonstruksional Kelompok dan Fenomena Kemiskinan Nelayan Bugis-Makassar. Penelitian dibiayai LP2M Unhas. Macknight, C.C. (1969). The Macassans: A Study of the Early Trepang Industry along the Northern Territory Coast. Ph.D Thesis, Canberra: ANU.

____________, (1976). The Poyage to Marege: Macassan Trepangers in Northern Australia. Melbourne: Melbourne University Press.

Nishimura, A. (1973). A Preliminary Report on Current Trends in Marine Anthropology. Occasional Papers of The Centre Of Marine Ethnology. No. 01. Japan.

Paeni, M. (1985). “Memahami Kebudayaan Maritim Bugis-Makassar. Makalah dipresentasikan dalam Seminar Budaya Maritim, Fakultas Sastra Universitas Hasanuddin Makassar.

Poelinggomang, E.L. (2002). Makassar Abad XIX. Studi tentang Kebijakan Perda- gangan Maritim. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia.

Poggie, J.J. & Pollnac, R.B. (1988). Danger and rituals of avoidance among New England fishermen. Maritime Anthropological Studies, 1 (1), 66-78.

Prins, A.H.K. (1965). Sailing from Lamu: A Study of Maritime Culture in Islamic East Africa. Assen: Van Gorcum.crossref

__________, (1984). Watching the Sea Side: Essays on Maritime Anthropology. Festschrift on the Occasion of His retirement from the Chair of Anthropology University of Groningen-Nederland. Groningen: Universiteit te Gronigen-Nederland (Durk Hak dan Ybeltje Krues (Eds)).

Satria, A. (2014). Indonesia Menuju Poros Maritim Dunia. Disajikan dalam acara Temu Tokoh Nasional FPIK Unpad, Bandung.

Sutherland, H. (2000). Trepang and wangkang: The China trade of eighteenth century Makassar c. 1720s-1840s. Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde, 156 (3), 451-472.crossref

Tang, M. & Lampe, M. (2005). Bentuk-bentuk Sekuritas Sosial Masyarakat Nelayan Kawasan Perkotaan Parepare, Baubau, dan Ternate. Proyek Penelitian dibiayai Departemen Sosial.

Issue

Section

ARTICLES