Marginalisasi Hukum Adat pada Masyarakat Adat The marginalization of adat law on adat communities

Authors

DOI:

https://doi.org/10.14203/jmb.v22i1.936

Keywords:

marjinalisasi, hukum adat, masyarakat adat, pluralism hukum, Jawa Barat, marginalization, adat law, adat community, legal pluralism, West Java

Abstract

Tulisan ini berupaya melihat marjinalisasi adat, hukum adat serta implikasinya pada masyarakat adat. Dalam konteks Indonesia, meskipun Konstitusi dan beberapa aturan formal mengakui masyarakat adat, termasuk pranata adat, namun pada praktiknya telah terjadi upaya peminggiran jangka panjang. Ketidakkonsistenan kebijakan negara terhadap penerapan hukum adat memberikan peran dalam marjinalisasi komunitas adat pada berbagai tingkat. Melalui penelitian lapangan di tiga komunitas adat, Kasepuhan Ciptagelar, Kasepuhan Karang dan Kasepuhan Guradog di bagian Barat Jawa serta perspektif pluralism hukum, tulisan ini menjelaskan kurangnya pengakuan pada hukum adat memberikan pengaruh tertentu pada masyarakat adat, termasuk dalam pengaturan kemasyarakatan dan penghidupan. Studi ini pun membuktikan bahwa meskipun hukum adat secara praktis tidak diadopsi oleh negara, dalam beberapa kasus, masyarakat adat menemukan strategi untuk mempertahankan keyakinan dan praktik hukum adat di komunitasnya. Untuk itu, dalam konteks lebih luas, hal yang ingin disampaikan adalah, upaya marjinalisasi tidak mampu menghapuskan praktik adat dan hukum adat secara keseluruhan. Ketiga kasus memperlihatkan hingga saat ini praktik multi sistem hukum di masyarakat plural seperti Indonesia masih diterapkan, baik dalam situasi konflik maupun berdampingan. Selain itu, dalam mendiskusikan implementasi hukum di Indonesia dari perspektif masyarakat, pembedaan sistem formal dan informal di masyarakat tetap diperlukan dan unifikasi hukum hanya berfungsi dalam batas tertentu.

This paper attempts to see adat and adat law marginalizations, and the implications on adat peoples. In Indonesia, despite the recognition for adat peoples in the Constitution and formal rules, including adat institutions, in practice there has been a long-term marginalization. The inconsistent State’s policies towards the adat law application play a role in the marginalization of adat communities at various levels. Having field research in Ciptagelar, Karang and Guradog kasepuhan communities in western Java and legal pluralism perspective, this paper elucidates the lack of adat law recognition giving certain impacts on adat peoples, including on their social lives and livelihood. This study also proves that although adat law is not practically adopted by the State, in some cases, adat peoples find strategies to maintain their beliefs and adat law. Thus, in a broader context, the marginalization is unable to eliminate adat and adat law as a whole. To date the practice of multi-legal systems in a plural society, such as Indonesia, still takes place, both in conflict and coexistence. Moreover, in discussing Indonesia’s implementation of law from a community perspective, the distinction between formal and informal systems is still needed and legal unification only functions within certain limits

Downloads

Download data is not yet available.

Author Biography

tine suartina, Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Kebudayaan - LIPI

Peneliti Muda P2KK LIPI

References

Acciaioli, Greg. 1985. Culture as art: from practice to spectacle in Indonesia, Canberra Anthropology, 8:1-2, 148-172, http://dx.doi.org/ 10.1080/03149098509508575

Adhuri, Dedi Supriadi. 2013. Selling the Sea, Fishing for Power – A study of conflict over marine tenure in Kei Islands, eastern Indonesia, Canberra : ANU E Press

Adimihardja, Kusnaka. 1992. Kasepuhan yang Tumbuh Di Atas yang Luruh, Bandung : Penerbit Tarsito

Benda-Beckmann, Franz von. 1989. Scape-Goat and Magic Charm - Law in Development Theory and Practice dalam Journal of Legal Pluralism and Unofficial Law Volume 21, 1989 - Issue 28 pp. 129-148 https://doi.org/10.1080/07329113.1989.10756410

Bettinger, Keith, Fisher, Micah dan Miles, Wendy. 2014 “The Art of Contestation and Legitimacy: Environment, Customary Communities and Activism in Indonesia†dalam Advances in Sustainability and Environmental Justice, 2014, Vol.15, pp.195-224

Bodley, John H. 2008. Victims of Progress, Lanham, New York, Toronto, Plymouth UK : Altamira Press

Bräuchler, Birgit. 2010. The Revival Dilemma: Reflections on Human Rights, Self-Determination and Legal Pluralism in eastern Indonesia, The Journal of Legal Pluralism and Unofficial Law, 42:62, pp. 1-42. https://doi.org/10.1080/07329113.2010.10756648

Cribb, Robert and Brown, Colin. 1995. Modern Indonesia – A History Since 1945, London and New York : Longman

Davidson, Jamie S. dan Henley, David. 2007. The revival of tradition in Indonesian politics: The deployment of adat from colonialism to indigenism, London : Routledge

Duncan, Christopher R. 2004. From Development to Empowerment – Changing Indonesian Government Policies ntoward Indigenous Minorities. dalam Duncan, Christopher R (ed). 2004. Civilizing The Margins – Southeast Asian Government Policies for the Development of Minorities, Ithaca & London : Cornell University Press, pp. 86-115.

Guinness, Patrick. 1994. Local Society and Culture. Indonesia’s New Order – The Dynamics of Socio-Economic Transformation, NSW Australia: Allen & Unwin, pp. 267-304

Isra, S., Ferdi., & Tegnan, H. 2017. Rule of Law and Human Rights Challenges in South East Asia: A Case Study of Legal Pluralism in Indonesia, Hasanuddin Law Review, 3(2): 117-140 http://pasca.unhas.ac.id/ojs/index.php/halrev/article/view/1081/261

Parekh, Bikhu. 2000. Rethinking Multiculturalism – Cultural Diversity and Political Theory. Basingstoke; Macmillan; Cambridge; Mass : Harvard University Press

Ramdhaniaty, Nia. 2018. Perempuan Adat Non Elit, Eksklusi Berlapis, Dan Perjuangan Hak Kewarganegaraan Atas Hutan Adat (Studi Kasus Di Masyarakat Adat Kasepuhan Karang, Kabupaten Lebak, Banten) Thesis Program Studi Kajian Gender Sekolah Kajian Stratejik Dan Global Universitas Indonesia Jakarta

Renteln, Alison Dundes. 2004. Cultural Defense, Oxford: Oxford University Press

Tobin, Brendan. 2014. Indigenous Peoples, Customary Law and Human Rights – Why Living Law Matters, Oxon & New York : Routledge

Urano, Mariko. 2010. The Limits of Tradition : Peasants and Land Conflicts in Indonesia, Kyoto, Melbourne : Kyoto University Press, Trans Pacific Press

Warman, Kurnia; Isra, Saldi; Tegnan, Hilaire. 2018. Enhancing Legal Pluralism: The Role of Adat And Islamic Laws Within the Indonesian Legal System. Journal of Legal, Ethical and Regulatory Issues; Arden Vol. 21, Iss. 3, (2018) : 1-9

Sumber daring

Arumingtyas, Lusia. 2018. “Cerita dari kasepuhan karang Pasca Penetapan Hutan Adat†https://www.mongabay.co.id/2018/01/14/cerita-dari-kasepuhan-karang-pasca-penetapan-hutan-adat/ diunduh 2 November 2019

“Sejarah Kawasan Taman nasional gunung Halimun Salak†http://halimunsalak.org/tentang-kami/sejarah-kawasan/ diunduh 1 November 2019

“Wilayah Adat Kasepuhan Citorek†https://brwa.or.id/wa/view/cW1KUWY5YWl6b2M diunduh pada 1 November 2019

Peraturan Perundangan

Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan SK.6478/MENLHKPSKL/KUM.1/12/2016 tentang Penetapan Hutan Adat Kasepuhan Karang seluas 462 hektar di Desa Jagaraksa Kecamatan Muncang Kabupaten Lebak Provinsi Banten

Published

2020-04-30

Issue

Section

ARTICLES