Watu Semar: Sebuah Refleksi Pemikiran dan Budaya Lokal Masyarakat Sambongrejo, Bojonegoro

Authors

  • Milawaty Milawaty Universitas Airlangga

DOI:

https://doi.org/10.14203/jmb.v21i3.777

Keywords:

budaya lokal, mitos, pemikiran, masyarakat Sambongrejo, Watu Semar

Abstract

Dikarenakan kuatnya keberadaan Watu Semar berkat mitosnya, penelitian ini dilakukan untuk mengungkap makna dan peran Watu Semar bagi masyarakat pemilik mitos, yakni para penduduk asli Desa Sambongrejo di Kabupaten Bojonegoro. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemikiran dan budaya lokal masyarakat tersebut melalui keberadaan serta mitos Watu Semar. Metode penelitian yang digunakan ialah studi lapangan dengan wawancara mendalam yang dipadukan dengan teori Kritik Sastra Lisan dari Alan Dundes. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mitos Watu Semar, yang dipercaya memiliki hubungan kuat dengan sosok Punakawan Semar, kuat dilanggengkan melalui pewarisan secara turun-temurun sebagai budaya kepercayaan khas masyarakat Sambongrejo. Bagi mereka, Watu Semar memiliki arti yang signifikan sebagai dulur, saudara kandung mereka sendiri, dan dan bernilai historis sehingga begitu dihormati. Watu Semar berperan sebagai simbol kepercayaan lokal serta bentuk ekspresi budaya (uri-uri budoyo) masyarakat Desa Sambongrejo yang notabene memiliki kecenderungan pemikiran ke hal-hal mistis. Karenanya di dalam masyarakat Sambongrejo, keberadaan Watu Semar dan mitosnya memiliki pengaruh yang sangat besar, dimana ia merupakan refleksi pemikiran dan basis kebudayaan dari masyarakat lokal Sambongrejo itu sendiri.

Downloads

Download data is not yet available.

Author Biography

Milawaty Milawaty, Universitas Airlangga

Postgraduate Student Department of Literature and Cultural Studies Faculty of Humanities

References

Bronner, S.J.(2007).The Meaning of Folklore: The Analytical Essays of Alan Dundes. Logan:Utah State University Press.

Berita Jatim.(2015).â€Sejarah Batu Semar Yang Menjadi Prasasti di Alun-Alun Kota Bojonegoroâ€.12 Oktober 2017 diunduh dari <http://beritajatim.com>.

Juanda.(2013).“Nilai Edukasi dan Budaya Foklor Pau-Pau Rikadong Putri Taddampalieâ€. (Terj.).Journal of Humanity Vo.1 No.1. Diunduh dari .

Mariani, E.R.E.N.(2003).â€Calon Arang Kisah Dramatis dari Girah: Kajian Tekstual dan Kontekstualâ€.Harmonia: Journal of Arts Research and Education Vol.4, No.1. Diunduh dari .

Mulyono, Sri.1989. Apa dan Siapa Semar.Jakarta: Haji Masagung.

Setiawan, Yuliyanto Budi dkk.(2013). “Bias Gender dalam Cerita Rakyat: Analisis Naratif pada folklore Eropa, Cinderella, dengan Cerita Rakyat Indonesia, Bawang Merah Bawang Putihâ€. The Messenger Vol.5, No.2, 1-13. Diunduh dari .

Slamet Muljana.(2011).Negarakretagama dan Tafsir Sejarahnya. Jakarta: Bhrathara.

Zekriady.(2008).“Analisis bentuk dan Makna Sastra Lisan Sumbawa Sakeco Suku Samawa di Kabupaten Sumbawa dengan Pendekatan Foklorâ€. Jurnal Artikulasi Vol.6 No.2. Diunduh dari .

Published

2020-01-21

Issue

Section

ARTICLES