PENGANGKATAN PUTRI MAHKOTA DAN INDIKASI PERGESERAN KONSEP KUASA JAWA: ANALISIS PENDAHULUAN

Authors

  • Kurniawati Hastuti Dewi Pusat Penelitian Politik - LIPI

DOI:

https://doi.org/10.14203/jmb.v19i1.398

Keywords:

Keraton Yogyakarta, putri mahkota, perempuan, keseteraan gender, kuasa Jawa.

Abstract

This paper analyses the awarding title to GKR Pembayun as GKR Mangkubumi, daughter of Sultan HB X of Yogyakarta Court, which indicates her promotion as Crown Princess; the next successor of Yogyakarta Court. Formerly, various socio-political analyses have been raised to understand it. This paper believed that previous analyses are not comprehensive enough, because it did not address power relations of men and women as crucial element of the Javanese concept of power. Therefore, by using gender perspectives, this paper seeks to provide a new understanding of the event, in relations to the role and position of women in Javanese concept of power. Literatur review is the primary method used in this paper. Interview method could not use as the key person recultance to be interviewed due to sensitivity of the issue. This paper reveals that the awarding title of GKR Pembayun as GKR Mangkubumi as Crown Princess indicates changes of Javanese concept of power especialy in relations to women’s role and position. In the past, according to the Javanese concept of power, men are perceived as the most suitable and appropriate figure to posess power, now women also perceived as having the same potential as men to posess power. While in past, women are in peripheral position merely due to pro-creation (reproductive) function to give borth for boys as the next successor. Now, women are believed to be able possess power and be a leader in Javanese cosmology. This all happened because the growth of Yogyakarta Court has been surrounding by the current context and challenges of globalization, social Islamisation, democratization, and gender equality. Tulisan ini menganalisis pemberian gelar baru oleh Sultan HB X kepada GKR Pembayun sebagai GKR Mangkubumi yang menandai pengangkatannya sebagai putri mahkota Keraton Yogyakarta dan dipercaya akan menjadi penerus tahta. Beragam analisis sosial dan politik telah dikemukakan mengenai makna pemberian gelar tersebut. Tulisan ini berpendapat bahwa berbagai analisis terdahulu belum sepenuhnya lengkap karena tidak mampu menyajikan analisis yang menyentuh persoalan relasi dan posisi perempuan dan laki-laki sebagai elemen penting dalam konsep kuasa Jawa. Oleh karena itu, dengan menggunakan perspektif gender, tulisan ini memberikan pemahaman baru mengenai makna pemberian gelar baru tersebut dikaitkan dengan peran dan posisi perempuan dalam konsep kuasa Jawa masa kini. Metode penarikan data adalah studi literatur karena permintaan wawancara dengan narasumber kunci tidak dapat dilakukan oleh karena sensitifitas persoalan ini. Tulisan ini menemukan bahwa pemberian gelar baru kepada GKR Pembayun sebagai GKR Mangkubumi mengindikasikan adanya pergeseran konsep kuasa Jawa khususnya terkait peran dan posisi perempuan. Jika pada masa lalu konsep kuasa Jawa mempersepsikan laki-laki sebagai yang paling mampu memiliki potensi kuasa, saat ini perempuan juga telah diposisikan sebagai pihak yang memiliki potensi kuasa sejajar dengan laki-laki. Perempuan yang dahulu berada pada posisi pinggiran dan hanya dibutuhkan karena fungsi prokreasi (reproduksi) untuk melahirkan keturunan laki-laki, kini dipercaya mampu memegang kuasa dan menjadi pemimpin dalam kosmologi Jawa. Pergeseran konsep kuasa Jawa demikian terjadi karena Keraton Yogyakarta tumbuh berkembang dalam konteks kekinian berupa globalisasi, Islamisasi sosial, demokratisasi, dan kesetaraan gender.

Downloads

Download data is not yet available.

References

Anderson, Benedict R.O’G. (1972a).“The Idea of Power in Javanese Culture,†dalam Culture and Politics in Indonesia, ed. Claire Holt. Ithaca and London: Cornell

University Press. Anderson, Benedict R.O’G. (1990b). Language and Power: Exploring Political Cultures in Indonesia. Ithaca and London: Cornell University Press.

Brenner, Suzanne A. (1995). “Why Women Rule the Roost: Rethinking Javanese Ideologies of Gender and Self-Control,†dalam Bewitching Women, Pious Men: Gender and Body Politics in Southeast Asia, ed. Aihwa Ong and Michael G. Peletz. Berkeley, Los Angeles, London: University California Press.

Brenner, Suzanne A. (1995). “Why Women Rule the Roost: Rethinking Javanese Ideologies of Gender and Self-Control,†dalam Bewitching Women, Pious Men: Gender and Body Politics in Southeast Asia, eds. Aihwa Ong and Michael G. Peletz. Berkeley, Los Angeles, London: University California Press.

Dewi, Kurniawati Hastuti.( 2015). Indonesian Women and Local Politics: Islam, Gender and Networks in Post-Suharto Indonesia. Singapore: National University of Singapore Press and Kyoto University Press.

Djajadningrat-Nieuwenhuis, Madelon. (1987). “Ibuism And Priyayization: Path to Power?â€, dalam Indonesian Women in Focus: Past And Present Notions, eds. Elsbeth Locher-Scholten dan Anke Niehof. The Netherlands: Foris Publications.

Errington, Shelly. (1990). “Recasting Sex, Gender, and Power: A Theoretical and Regional Overview,†dalam Power and Difference: Gender in Island Southeast Asia. eds. Jane Monnig Atkinson and Shelly Errington. Stanford, California: Stanford University Press.

Florida, Nancy K. (1995). Writing the Past, Inscribing the Future: History As Prophecy in Colonial Java. Durham and London: Duke University Press.

Geertz, Clifford. (1960a). The Religion of Java. London: The Free Press of Glencoe.

Geertz, Hildred. (1961b). The Javanese Family: A Study of Kinship and Socialization. United States of America: The Free Press of Glencoe Inc.

Handayani, Christina S.& Novianto, Ardhian. (2011). Kuasa Wanita Jawa, ed.3. Yogyakarta: LKiS.

Hatley, Barbara. (1990). “Theatrical Imagery and Gender Ideology in Java,†dalam Power and Difference: Gender in Island Southeast Asia, eds. Jane Monnig Atkinson and Shelly Errington. Stanford, California: Stanford University Press.

Jay, Robert R.( 1969b). Javanese Villagers: Social Relations in Rural Modjokuto. Cambridge, Massachusetts, London: The MIT Press.

Jay, Robert R.( 1963a). Religion and Politics in Rural Central Java: Cultural Report Series No.12. USA: Southeast Asian Studies, Yale University.

Keeler, Ward. (1990). “Speaking Gender in Java,†dalam Power and Difference: Gender in Island Southeast Asia, eds. Jane Monnig Atkinson and Shelly Errington. Stanford, California: Stanford University Press.

Koentjaraningrat, R.M. (1957a). A Preliminary Description of The Javanese Kinship System, Cultural Report Series. Yale University: Southeast Asia Studies.

Koentjaraningrat, Reviewed Work Hildred Geertz. (Aug 1962b). The Javanese Family: A Study of Kinship and Socialization, American Anthropologist New Series 64, no. 4: 874, http://www.jstor.org/stable/667817 (accessed November 9, 2008).

Koentjaraningrat. (1985d). Javanese Culture, Javanese Culture. Oxford, New York: Oxford University Press.

Koentjaraningrat. (1980c). “Javanese Terms For God And Supernatural Beings And The Idea Of Power,†dalam Men, Meaning And History: Essays in Honour of H.G. Schulte Nordholt, eds. R. Schefold, J.W. Schoorl and J. Tennekes. The Hague: Martinus Nijhoff.

Masaaki, Okamoto, Atsushi Ota and Ahmad Suaedy (ed). (2010). Islam in Contention: Rethinking Islam and State in Indonesia. Jakarta: The Wahid Institute, CSEAS, CAPAS.

Moedjanto, G. (1987). Konsep Kekuasaan Jawa: Penerapannya oleh Raja-Raja Mataram. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Mulder, Niels. (2001). Mistisisme Jawa:

Ideologi di Indonesia. Yogyakarta: LKiS.

Robinson, Kathryn. (2009). Gender, Islam and Democracy in Indonesia. USA and Canada: Routledge. crossref

Susetya, Wawan. (2016). Pemimpin Masa Kini & Budaya Jawa: Menghidupkan Kembali Nilai-Nilai Kepribadian dan Kepemimpinan dalam Perspektif Jawa. Jakarta: Kompas Gramedia.

Sullivan, Norma. (1994). Masters and Managers: A Study of Gender Relations in Urban Java. NSW, Australia: Allen and Unwin.

Sukri, Sri Suhandjati, and Sofwan, Ridin. (2011). Perempuan dan Seksualitas dalam Tradisi Jawa. Yogyakarta: Gama Media.

Syamsi, Indra (ed). (2012). G.K.R Hemas Ratu di Hati Rakyat. Jakarta: Kompas Gramedia.

Vreede-De Stuers, Cora. (1960). The Indonesian Woman: Struggles and Achievements. France: Mouton & Co.

Woodward, Mark R. (1989). Islam in Java: Normative Piety and Mysticism in the Sultanate of Yogyakarta. Tucson: The University of Arizona Press.

Dardias, Bayu. (Juni 2016). “Menyiapkan Sultan Perempuan: Legitimasi Langit dan Efektifitas Rezim Sultan Hamengkubuwono Xâ€, Masyarakat Indonesia, vol. 42, no. 1: 31-49.

Koentjaraningrat. Reviewed Work Hildred Geertz. (Aug 1962). The Javanese Family: A Study of Kinship and Socialization, American Anthropologist New Series 64, no. 4: 874, http://www.jstor.org/stable/667817 (accessed November 9, 2008).

Wardani, Laksmi Kusuma. (Januari-Maret 2012). “Pengaruh Pandangan Sosio-Kultural Sultan Hamengku Buwana IX terhadap Eksistensi Keraton Yogyakarta,†Jurnal Masyarakat, Kebudayaan dan Politik, vol. 25, no. 1: 56.

Djohan, Djohermansyah. Dirjen Otonomi Daerah Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia, “Dinamika Dan Ekses Pilkada Langsung,†paper disampaikan dalam FGD tim Pemilukada, 26 Agustus 2013 di LIPI Jakarta.

Antara, “Sultan: Polemik Persyaratan Calon Gubernur DIY Selesaiâ€, didapat dari Kompas.com, Rabu, 1 April 2015, http://regional.kompas.com/read/2015/0 4/01/08594431/Sultan.Polemik.Persyar atan.Calon.Gubernur.DIY.Selesai (diakses 29 November 2016)

Detiknews, “Polemik Sabda Raja: Mengintip Rupa Watu Gilang, Singgasana yang akan Diduduki GKR Mangkubumiâ€, Detiknews, Senin 11 May 2015, http://news.detik.com/berita/2911806/m engintip-rupa-watu-gilang-singgasana-yang-akan-diduduki-gkr-mangkubumi (diakses 12 Januari 2017)

Fachrudin, Fachri. “Syarat Calon Gubernur di

UU Keistimewaan DI Yogyakarta

Digugat ke MKâ€, Kompas.com, Kamis, 17 November 2016, http://nasional. kompas.com/read/2016/11/17/15384411 /syarat.calon.gubernur.di.uu.keistimewa an.di.yogyakarta.digugat.ke.mk (diakses 29 November 2016)

Firdaus, Haris. “Pengangkatan GKR Pembayun Berpotensi Timbulkan Perdebatanâ€, Kompas, 6 Mei 2015, http://print. kompas.com/baca/2015/05/06/Pengangk atan-GKR-Pembayun-Berpotensi-Timbulkan-Per?utm_source=bacajuga (diakses 18 Maret 2016)

galamedianews.com . “Mungkinkan GKR Pebayun jadi Ratu Pertama Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat?,†Rabu, 6 Mei 2015, http://www.galamedianews. com/nasional/21512/mungkinkan-gkr-pebayun-jadi-ratu-pertama-kesultanan-ngayogyakarta-hadiningrat.html (diakses 18 Maret 2016)

Gugatan Keistimewaan Jogjakarta Ditotak Mahkamah Konstitusiâ€, tribunmadura. com, 19 Agustus 2016, http://tribun madura.com/gugatan-keistimewaan-

jogjakarta-ditotak-mahkamah-konstitusi/ (diakses 8 Desember 2016)

Hasanudin, Ujang. “GKR Pembayun Jadi Putri Mahkota, Bergelar GKR Mangkubumiâ€, Solopos.com, Selasa, 5 Mei 2015 19:50

WIB, http://www.solopos.com/2015/ 05/05/gkr-pembayun-jadi-putri-mahkota-bergelar-gkr-mangkubumi-601293 (diakses 18 Maret 2016).

Jppn. “Detik-detik saat GKR Pembayun Gemetaran Duduk di Atas Watu Gilangâ€, Jppn.com. Kamis, 14 Mei 2015 http://www.jpnn.com/news/detik-detik-saat-gkr-pembayun-gemetaran-duduk-di-atas-watu-gilang?page=2 (diakses 12 Januari 2016)

Kabar Kota. “Ini Kekhawatiran Forum LSM DIY Jika Uji Materiil UU Keistimewaan DIY Dikabulkanâ€, kabarkota.com, 18 November 2016, https://kabarkota.com/ ini-kekhawatiran-forum-lsm-diy-jika-uji-materiil-uu-keistimewaan-diy-dikabulkan/ (diakses 7 Desember 2016).

Kristanto, Tri Agung. “Sultan HB X, Tradisi Suksesi Keraton Yogyakarta yang Berubahâ€, Kompas, 8 Mei 2015, http://print.kompas.com/baca/2015/05/0 8/Sultan-HB-X%2c-Tradisi-Suksesi-Keraton-Yogyakarta-ya (diakses 18 Maret 2016).

Rachmat, Muhammad Sabarudin. “Kemendagri: Putri Mahkota Tak Bisa Jadi Gubernur Yogyakarta,†(Okezone) Kamis, 7 Mei

, http://news.okezone.com/read/ 2015/05/06/337/1145738/kemendagri-putri-mahkota-tak-bisa-jadi-gubernur-yogyakarta (diakses 18 Maret 2016).

Rusdiana, Pito. “Berikut Isi Utuh Sabda Raja Yogyaâ€, Antara, dikutip dari Tempo.co, Sabtu, 09 Mei 2015 | 00:49 WIB, https://m.tempo.co/read/news/2015/05/0 9/078664761/berikut-isi-utuh-sabda-raja-yogya (diakses 3 Januari 2017).

Rudiana, Pito Agustin. “Sabda Raja dan Apa Makna di Balik Pergantian Gelar Sultanâ€, Antara, dikutip dari Tempo.co, Sabtu, 09 Mei 2015 | 00:19 WIB https://m.tempo.co/read/news/2015/05/0 9/078664758/sabda-raja-dan-apa-makna-di-balik-pergantian-gelar-sultan (diakses 3 Januari 2017).

Sari, Febriana Shinta. “GKR Pembayun Mengaku Terkejut Tahu Dirinya Dijadikan Calon Ratuâ€, Selasa, 05/05/2015 19:44 WIB, http://kbr.id/05-2015/grk_pembayun_mengaku_terkejut _tahu_dirinya_dijadikan_calon_ratu_/70 552.html (diakses 28 November 2016).

Vicka, Patricia. “Cerita Sultan Saat Dapat Wahyu Sabda Rajaâ€, Jumat, 8 Mei

, http://jateng.metrotvnews.com/ read/2015/05/08/123994/cerita-sultan-saat-dapat-wahyu-sabda-raja (diakses 21 Desember 2016).

Published

2017-06-20

Issue

Section

ARTICLES