THE IDEOLOGICAL SHIFT OF MUHAMMADIYAH FROM CULTURAL INTO PURITANICAL TENDENCY IN 1930s

Authors

  • Ahmad Najib Burhani Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Kebudayaan (P2KK - LIPI)

DOI:

https://doi.org/10.14203/jmb.v8i1.178

Abstract

Tulisan ini ingin menunjukkan adanya pergeseran ideologi di Muhammadiyah dari tendensi kultural menuju tendensi puritan. Pada awal berdirinya, Muhammadiyah merupakan representasi Islam varian Jawa. Ia lahir di Kauman, satu tempat dalam lingkungan tembok Kesultanan Yogyakarta, oleh sejumlah abdi dalem Kraton tersebut. Ia dibangun dengan inspirasi dan kesadaran seorang Islam-Jawa tulen, Raden Ngabehi Muhamad Darwisy (KH Ahmad Dahlan). Pada perkembangannya, terjadi satu pergeseran di organisasi yang berdiri 1912 ini, seolah-olah NU (Nahdlatul Ulama) lebih pas dipandang sebagai representasi Islam-Jawa daripada Muhammadiyah. Banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya pergeseran ini. Diantarannya adalah masuk dan berkembangnya ideologi Wahabi, terutama setelah Mekah dan Madinah dikuasai Saud-Wahabi. Keterlibatan orang-orang dari Padang dalam Muhammadiyah juga berpengaruh dalam pembentukan sikap organisasi ini terhadap budaya lokal. Terlebih, ideologi Muhammadiyah banyak dipengaruhi oleh ulama besar dari Padang, Haji Rasul. Selain kedua hal tersebut, faktor lain yang ikut berpengaruh dalam membentuk karakter Muhammadiyah dalam kaitannya dengan budaya adalah pembentukan Majlis Tarjih yang berorientasi syari’ah. Pendirian lembaga ini dipelopori oleh Mas Mansur, seorang ulama dari daerah pesisir, Surabaya. Karakteristik keislaman daerah pesisir pantai dikenal lebih ketat dibandingkan daerah pedalaman (hinterland) seperti Yogyakarta. Kata kunci: Muhammadiyah, ideological shift, Majlis Tarjih, cultural tendency, puritanical tendency.

Downloads

Download data is not yet available.

Issue

Section

ARTICLES